Thursday, April 17, 2008

VISI DAN MISI SMA XAVERIUS 1

VISI:

Mewujudkan SMA Xaverius 1 sebagai pusat keunggulan pelayanan pendidikan generasi penerus didasarkan nilai-nilai persaudaraan dan cinta kasih.

MISI:

  1. Mengembangkan kemampuan akademik berstandar internasional dengan menerapkan dan mengembangkan kurikulum yang ditetapkan, baik lokal, nasional, maupun internasional.
  2. Mengembangkan kompetensi sikap kedisiplinan, kepemimpinan, kehumanioraan, dan keimanan melalui berbagai kegiatan kesiswaan, antara lain kegiatan OSIS, ekstrakurikuler, sosial-humaniora serta kegiatan lain yang berakar pada budaya bangsa Indonesia.
  3. Mengembangkan kompetensi sikap kompetitif sportif melalui berbagai bidang dan kegiatan dengan mengedepankan semangat kebangsaan.
  4. Menanamkan nilai-nilai keteladanan budi pekerti dan sikap, baik dalam pikiran, perkataan, maupun perbuatan melalui pengembangan kebiasaan dan budaya sekolah yang sesuai dengan norma keagamaan, sosial kemasyarakatan, dan kebangsaan.

SMA XAVERIUS 1: EMAS USIAMU, EMAS PRESTASIMU!


Foto Staf SMA Xaverius 1 Palembang tahun 2002-2005. Ki-ka: Y.S. Eko Hadi Lelono, B.A. (Waka Humas, Drs. Kasdi Haryanta (Waka Kurikulum), F.X. Tumpal Sihotang, S.H. (Waka Kesiswaan), Drs. I. Sukendro (Kepala Sekolah), dan tengah depan Dra. Lucia Chia (Waka Sarana).
MENAPAK JEJAK SMU XAVERIUS 1 DALAM USIA EMAS
SMU Xaverius 1 memang telah membuat sejarah, baik bagi masyarakat Palembang dan Provinsi Sumatera Selatan maupun tingkat nasional dan internasional. Pada usia emasnya, telah terukir jejak-jejak langkah perjalanan hidupnya yang melibatkan lebih dari lima belas ribuan peserta didik dan ratusan guru dan karyawan. Untuk menapak jejak langkah perjalanan sekolah yang telah berusiaini perlu dideskripsikan riwayat berdirinya, mengapa didirikan, siapa pelopornya, mengapa menggunakan nama Xaverius, bagaimana perkembangannya, siapa kepala-kepala sekolahnya yang sudah berganti sembilan kali, dan apa prestasi yang sudah pernah diukir SMU Xaverius 1 dari waktu ke waktu. Berdasarkan pertimbangan tersebut maka sejarah SMU Xaverius 1 dapat dikelompokkan dalam beberapa babak: 1) 1951-1961: masa kelahiran dan pengukiran prestasi; 2) 1962-1971: masa pertumbuhan dan pengembangan prestasi; 3) 1972-1987: masa pelestarian dan peningkatan prestasi ke arah global.
I. 1951-1961: MASA KELAHIRAN DAN PENGUKIRAN PRESTASI
Tepatnya tanggal 15 Juli 1951, setelah enam tahun bekerja di Palembang, seorang frater kelahiran Zieuwent, Belanda, L.F.J. Nienhuis mendirikan sekolah yang diberi nama SMA Xaverius. SMU Xaverius 1 yang sekarang memang berawal dari nama SMA Xaverius, didirikan dengan satu tujuan Pro Ecclesia et Patria (Demi Gereja dan Negara/Tanah Air). Proses pendidikan diselenggarakan berdasarkan konsep Pendidikan Nasional Pancasila. Atas hal tersebut SMU Xaverius 1 berasaskan agama Katolik (Tri-Pancawarsa SMA Xaverius, 1966:27)“Pada waktu itu terlalu banyak sekolah yang mesti diurus oleh Yayasan Xaverius, sedangkan tenaga tidak cukup. Syukurlah dalam banyak hal kami mendapat bantuan dari Kantor Inspeksi yang waktu itu dipimpin oleh Bapak Reni dan Bapak Sitohang. Dan Karena Fr. Plechelmo dan saya juga mengajar pada SMA dan SGA Negeri, maka ini memungkinkan adanya tenaga-tenaga guru negeri yang mengajar di sekolah kita. Namun tanpa adanya kesediaan Fr. Plechelmo untuk mengajar sebagian besar dari pelajaran Ilmu Pasti, saya kira SMA tidak bisa berdiri pada tahun 1951. Selain itu kami mendapat restu dari Bapak Uskup Mgr. Mekkelholt almarhum dan dari pimpinan para frater kami memperoleh izin untuk memulainya,”kenangL.F.J.Nienhuisalias Frater Monfort (25 Tahun SMA Xaverius 1 Palembang, 1976: 23). “Dalam bulan Juni 1951 ‘Keluarga Xaverius’ digembirakan dengan kelahiran seorang ‘anak’ baru yang diberikan nama kecil ‘SMA’, sedangkan nama keluarga tetap ‘Xaverius’. Walaupun ‘kelahiran’ itu sudah agak lama dicita-citakan dan direncanakan, perisiwa itu terjadi dengan cukup susah payah. Tempat tinggal sebenarnya belum ada, guru tetap belum ada, murid-murid cuma sedikit, bahkan buku-buku pun untuk SMA hampir tidak ada pada waktu itu. Namun demikian ada harapan juga bahwa ‘anak kecil’ itu dapat hidup dan berkembang, pertama, karena kelahirannya memenuhi suatu keinginan dan kebutuhan masyarakat, dan kedua, karena ‘anak’ itu lahir dalam suatu keluarga baik dan teratur, yang pasti akan berusaha sekuat tenaga untuk memajukannya,” tulis Mgr. J.H. Soudant SCJ (Op. cit., halaman 19).Yayasan Xaverius kemudian mengambil pertanggungjawaban terhadap sekolah tersebut dengan tidak melihat bahwa sekolah yang baru ini akan mengalami perkembangan yang hebat serta adanya kesulitan-kesulitan yang akan dialaminya sehubungan dengan berdirinya sekolah baru ini (Op. cit., halaman 23) Tujuan utama didirikannya sekolah tersebut adalah Pro Ecclisia et Patria (Demi Gereja dan Tanah Air), dalam arti untuk menampung putra-putri Indonesia beragama Katolik yang ingin melanjutkan pendidikannya ke SLTA. Hal tersebut bukan berarti SMA Xaverius tertutup bagi putra-putri Indonesia yang lain, melainkan tetap terbuka bagi seluruh orang tua yang mempercayakan putra-putrinya mendapatkan didikan di SMA Xaverius.Lokasi penyelenggaraan sekolah pada mulanya di sebuah gedung yang terletak di Jalan Talang Jawa Lama No. 4, di belakang Gereja Hati Kudus Lama (sekarang Kompleks Pastoran). Pada mulanya baru satu kelas.
“Demi sekolah baru ini juga, Pastor Gisbergen telah mengorbankan sebagian tempatnya untuk keperluan SMA. Prasarana yang kurang baik dari sekolah ini dapat diimbangi dengan adanya iklim yang baik dan kerjasama yang erat antara staf pengajar dan para siswa,” tulis kepala sekolah pertama SMA Xaverius dalam Kata Sambutan (Ibid.)Memang, jawaban untuk siapa pendiri SMA Xaverius , Frater L. F. J. Nienhuis bukanlah satu-satunya biarawan yang mendirikan, tetapi juga berkat kerja keras dan ide dari Pastor Wilhelmus Lorentius Cornelius Boeren yang menjadi pimpinan Yayasan Xaverius (Yayasan Xaverius berdiri sejak 05 Mei 1930, sesuai dengan bunyi akta notaris Christian Mathius menyebutkan : “Berlakunya badan hukum tersebut sejak tanggal 12 Juli 1929”.Mengapa dipilih nama Xaverius?Nilai-nilai yang mendasari pemilihan nama seorang Santo Pelindung, Fransiskus Xaverius, sebagai nama sekolah yang didirikan lebih didasarkan pada sisi yang mewarnai pribadinya selama ia berkarya sebagai misionaris sepanjang hidupnya. Santo Fransiskus Xaverius memiliki sikap dan karakter sebagai berikut:1. kedisiplinan, kegigihan, dan kecermatan, yang merupakan dasar umum suatu keberhasilan pendidikan;2. keteraturan dan pengawasan (evaluasi) ketat, yang lebih menjamin tercapainya keberhasilan pendidikan;3. metode humanis dalam proses yang mengarah pada pencapaian tujuan pendidikan “menjadikan manusia intelektual dan terpelajar yang bermoral dan humanis, memiliki kepekaan sosial yang tinggi dan bijaksana”.
Di sisi lain Fransiskus Xaverius memiliki motto “In te Domine, speravi non confundar in aeternum” (“Pada-Mu Tuhan, aku berlindung. Jangan sekali-kali aku mendapat malu”).Siapa yang mempunyai andil berjuang dalam memajukan SMA Xaverius ? Yang turut andil berjuang memajukan SMA Xaverius ada tiga komponen yaitu, pertama Yayasan Xaverius, kedua Pemerintah, dan ketiga masyarakat. Tentu saja yang dimaksud dengan keikutsertaan Yayasan memajukan SMA Xaverius di sini tidak hanya staf Yayasan Xaverius, tetapi para direktur SMA Xaverius, staf tata usaha dan secara khusus adalah bapak-ibu guru yang terjun secara langsung dengan sabar, tekun, dan bekerja keras dalam membimbing, mendidik, dan mengajar siswa-siswinya.Dalam perkembangan berikutnya lokasi sekolah berpindah dari yang semula berada di Jalan Talang Jawa Lama No. 4, ke gedung sendiri yang dibangun di daerah rawa. “Pengganti saya (J.H. Soudant-Red.)kemudian membangun gedung yang sekarang masih ada, suatu lembaga bagi anak-anak yang penuh bakat untuk menjadi manusia yang berguna bagi bangsa dan tanah air,” lanjut tulisan Frater Monfort (Ibid.) Lokasi gedung itu kemudian terkenal dengan nama Jalan Bangau 60, Palembang hingga sekarang. Perpindahan tempat belajar itu terjadi dalam pertengahan tahun ajaran 1952/1953.
“Kondisi lingkungan saat itu belum seperti sekarang. Jalan menuju ke sekolah pun masih jalan setapak dan rumah permanen yang ada di sekitar waktu itu baru sampai daerah Rambang. Lorong Pagar Alam (sekarang Jalan Mayor Ruslan) sampai ke sekolah dan yang lain masih rawa,” kata Drs. F.S. Bandiman menceritakan sejarah sekolah secara singkat.Waktu itu kondisi masyarakat dan pemerintah belum seperti sekarang. Maka, untuk keperluan kegiatan belajar-mengajar pun masih banyak kekurangan sarana, termasuk kapur tulis. Salah seorang sumber mengatakan bahwa untuk memenuhi kebutuhan kapur pun Pastor J.H. Soudant SCJ harus memesan kiriman dari Negeri Kincir Angin, Belanda.Jumlah murid pada masa Frater L. F. J. Nienhuis yang memimpin ada sebanyak 32 siswa.
Mereka yang terdaftar sebagai murid perdana tersebut adalah :1. Charlotte Marie Sleebas2. Pieter Tan3. Norbertus Aloysius da Graca 4. David Eduardus Tif5. Johan Muda Siahaan6. Partomuan Siahaan7. Frans Tamba8. Zainal Abidin9. Max Karundeng10. Willy Karundeng11. R. Abdurrachman12. Ong Ek Wie13. Davy Hutabarat14. Picie Liem15. Sjaiful Azhar16. Salahat17. Soedjono18. Halimah Madian19. Ronald Hoop20. Noerhajati21. R. Machmud Badaruddin22. Talina Rivai23. A. Firdaus24. Sofian25. Suseno26. Subroto27. Dentiria Dawana Hutabarat28. Sindik Hutabarat29. Jenny Maro30. Fati Rusmiati31. Lucia Lim32. Agus KeruKetiga puluh dua orang siswa-siswi itu diasuh oleh: 1) L. F. J. Nienhuis (merangkap kepala sekolah);2) J. B. Dierselhuis;3) W. G. Lap;4) Rasjid;5) Sumartono;6) Tjioe Tjeng Hok;7) Toruan;8) Wentholt;9) Liefvoort H.V.D.;10) Bambang Utomo;11) J. H. Soudant.Berkat kerja sama yang erat antara pemerintah dengan Yayasan Xaverius maka tanggal 01 Juli 1952 SMA Xaverius mendapat subsidi dari pemerintah khususnya dari Menteri Pengajaran dan Kebudayaan. “Pada tahun yang kedua tiba-tiba tanpa disangka-sangka datanglah inspeksi dari Jakarta dan sekolah mendapat subsidi sehingga keuangannya menjadi lebih baik,” tutur Frater Montfort. (Ibid.).
Tahun 1953, Frater L. F. J. Nienhuis meninggalkan Palembang karena mendapat tugas baru di Ende, Flores, Nusa Tenggara Timur, untuk menjadi direktur SGA. Untuk menggantikan beliau dipilihlah seorang pastor kelahiran Heer, Belanda, 30 Maret 1922 bernama Joseph Hubertus Soudant, SCJ. Pastor ini memimpin SMA Xaverius tahun 1953 – 1956. Waktu itu beliau merangkap menjadi kepala sekolah SMEA Xaverius yang didirikan oleh Yayasan Xaverius, tanggal 1 September 1953. Dalam perkembangannya, SMEA Xaverius akhirnya dilebur ke dalam SMA Xaverius, tepatnya tanggal 1 Agustus 1955. Seluruh murid SMEA tersebut dimasukkan ke SMA bagian C. Oleh karena itu, mulai saat itu SMA Xaverius mempunyai dua jurusan, yaitu Bagian B (sekarang IPA) dan Bagian C (sekarang IPS). Bersamaan dengan peleburan SMEA Xaverius ke dalam SMA Xaverius, Yayasan Xaverius mendirikan SGA Xaverius dipimpin oleh Sr. M. Helena dan Bapak Sudarmadi. Tahun 1970 SGA tersebut ditutup.Di di sisi lain, untuk mewujudkan tujuan pendirian Yayasan Xaverius: “Mengembangkan cinta kepada sesama dan pendidikan”, maka pihak Yayasan menunjuk Pastor J. H. Soudant yang sudah berpengalaman di bidang pendidikan diberi tugas untuk memimpin anak-anak asrama di Asrama Rumah Yusuf, di Baturaja yang sudah berdiri sejak tahun 1948. Dengan demikian Pastor J. H. Soudant harus meninggalkan SMA Xaverius untuk mengemban tugas barunya.
“Sekolah ini (SMA Xaverius) dimulai oleh kaum rohaniwan, yang selama 10 tahun memegang pimpinan. Tetapi sesudah itu pimpinan diserahkan kepada kaum awam, dan rasanya hasil pekerjaan mereka boleh dibanggakan. Hasil yang baik itu hanya mungkin, karena mereka bekerja dengan semangat dan dedikasi besar, dengan rasa tanggung jawab terhadap murid dan orang tua mereka, serta terhadap masyarakat pada umumnya. Sebenarnya ini hal biasa: seharusnya begitulah, karena setiap orang yang jujur dan menghargai diri seharusnya menjunjung tinggi profesinya dan berusaha sekuat tenaga untuk mencapai hasil semaksimal mungkin,” tulis Pastor J.H. Soudant SCJ (Op. cit., halaman 17) Dalam perkembangan sejarah pribadi, Pastor J.H. Soudant, SCJ kemudian mulai 29 Juni 1961 menjabat sebagai Uskup Agung Palembang. Monsinyur Soudant, demikianlah nama yang akrab di hati umat, akhirnya kembali ke negeri Belanda, juga sebagai imam, setelah demikian lama mendampingi umat di Palembang dan Sumatera Selatan. SMA Xaverius kemudian dipimpin oleh pastor lain, kelahiran Den Haag, Belanda, 11 Juli 1917 bernama Johanes Jacobus Maria Goeman SCJ.
Pemilihan Pastor J. J. M. Goeman SCJ sebagai Kepala Sekolah SMA Xaverius bukannya tanpa dasar. Pertimbangan historisnya, beliau telah berpengalaman sebagai rohaniwan di Palembang (tahun 1948-1951), Lahat dan Tanjung Enim (1949-1950), di Jakarta (1950-1951), bahkan pernah mendidik dan mengajar di SMA Kolese de Britto dan SMA St. Thomas di Yogyakarta (Juli 1952 – Agustus 1954). Selama Pastur J. J. M. Goeman SCJ. menjadi pimpinan SMA Xaverius tahun 1956-1961 banyak keberhasilan yang telah dicapai antara lain :1. Atas bimbingannya, para murid berhasil mendirikan wadah persatuan pelajar, tepatnya Kamis, 29 November 1956 dengan nama Ikatan Pelajar SMA Xaverius , yang kemudian bernama Perhimpunan Pelajar Sekolah Katolik (PPSK) SMA Xaverius 1 yang dalam perkembangannya menjadi OSIS/PPSK SMA Xaverius 1. Sekarang, sesuai dengan perubahan nama SMA menjadi SMU, nama berganti menjadi OSIS /PPSK SMU Xaverius 1.2.
Pendirian sebuah wadah untuk menampung gagasan kreativitas siswa secara tertulis, maka lahirlah GITA PELAJAR, terbit pertama bulan Januari 1957, dan setiap bulan sekali terbit. Dalam perkembangannya, media komunikasi siswa tersebut mengalami perubahan masa terbit. Sekarang hanya terbit empat kali per tahun. Di sisi lain majalah tersebut kemudian berganti nama menjadi GITA hingga sekarang.3. Disetujui gagasan para siswa untuk menetapkan lambang perhimpunan pelajar sekolah. Lalu diadakanlah sayembara merancang lambang tersebut. F.X. Mulyadi (sekarang sudah almarhum) keluar sebagai pemenangnya.
Karya cipta F.X. Mulyadi ini akhirnya menyejarah sebagai lambang OSIS/PPSK SMU Xaverius 1. Bahkan, makna lambang menjadi meluas, tak sekadar di SMU Xaverius 1 sebab sekarang dipakai juga oleh SMU Xaverius 3, 4, dan SMK Xaverius. (Baca: Obituari F.X. Mulyadi)4. SMA Xaverius berhasil membuka Bagian A, 1 Agustus 1959.5. Langkah demi langkah tergores dalam sejarah. Akhirnya tahun 1959, SMA Xaverius mempunyai tiga jurusan: Bagian A, B, dan C (sekarang jurusan IPA, IPS, dan Bahasa). Tugas Pastor J.J.M. Goeman SCJ sebagai kepala sekolah -waktu itu populer dengan istilah direktur-SMA Xaverius berakhir tanggal 30 November 1961. Kemudian beliau mendapatkan tugas sebagai Rektor Seminari St. Paulus sekaligus Rektor SMU Xaverius.
Sebagai gambaran, siswa (sekarang alumni) yang memilih jurusan Bagian A angkatan pertama antara lain :1. Arpan Zainuri, S.H. (Palembang)2. Drs. Blasius Mohammad. (pernah mengajar setahun, 1971, di SMA Xaverius)3. M. Amin Asari, B.A. (Kepala Kampung 9 Ilir)4. Frans Sutarno, S.H. (terkahir di Departemen Agama Palembang, almarhum)5. F. Penny Effendy, B.A. (guru PMP/PPKn pada SMU Xaverius 1, pensiun, sekarang menjadi Pengurus Harian YayasanKusuma Bangsa)6. F.X. Sucipto Rewa, B.A. (Wakil Kepala Sekolah SMA Negeri Muara Enim)7. Alfonsus Purbono Dewo, B.A. (guru Bahasa Indonesia di Lampung)Dalam kata sambutan Tripancawarsa SMA Xaverius (1966: 25) Pastor J.J.M. Goeman antara lain menulis, “Rasa syukur kepada Tuhan bahwa berkat segala kebaikan itu, selama lima belas tahun sekolah kita dapat melaksanakan tugasnya yang luhur, dan memenuhi cita-cita kebangsaan yang diharapkan, mendidik dan membimbing tunas-tunas muda Pancasilais sejati, yang mengabdi kepada Tuhan, Nusa, dan Bangsa.”
II. 1962-1971: MASA PERTUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN PRESTASI
Periode Desember 1961 sampai 1 Desember 1966, pimpinan SMA Xaverius dipercayakan kepada Bapak Drs. F.S. Bandiman. Selama kepemimpinan beliau, banyak prestasi yang dapat mengangkat nama harum sekolah hingga demikian dikenali oleh masyarakat dan instansi terkait. Nama SMA Xaverius menjadi bagian hidup masyarakat Palembang dan membentuk persepsi tersendiri di hati mereka. Nilai-nilai plus yang sangat khusus dimiliki oleh SMA Xaverius sehingga paradigma masyarakat terbentuk. Semua terukir lewat prestasi dan kebehasilan. Hal ini antara lain terukir lewat:1. Keberhasilan dalam membentuk unit drum band yang terbaik di kota Palembang, dengan nama Vica Lokajaya.
Pemain mayoret yang terkenal adalah Mansyahardin dan Afridal Mara. Pemain mayoret putri dalam sejarahnya antara lain Yati Bambang Utoyo, Tari Bambang Utoyo, Badiah Parizade, Mimi, dan Irma Smith. Drum band yang ada waktu itu terdiri atas: stoc master: 2 orang putri, 2 orang pemain bell lyra, 1 orang bass drum, 24 orang pemain genderang, 12 orang pemain unit tenor, 16 orang peniup sangkakala, dan 36 orang peniup seruling. Rosihan Arsyad (sekarang Gubernur Sumatera Selatan) memegang genderang, begitu juga dengan F.X. Tjen Hian Hauw (Pastor Hendra Winata Pr. yang sekarang sebagai Vicaris Jenderal Keuskupan Pangkal Pinang.2. Dalam bidang olah raga, tahun 1965 tim basket SMA Xaverius mewakili pelajar wilayah Sumatera Bagian Selatan mengikuti perebutan kejuaran POPSI ke Gelanggang Senayan, Jakarta dan berhasil merebut juara III.
Bapak Panji (almarhum) sebagai pembina tim basket ikut andil pula membawa nama SMA Xaverius ke tingkat nasional.3. Pembentukan Kijarsena (Kompi Pelajar Serba Guna) atau Pramuka sekolah sebagai sarana penggerak disiplin unit-unit drum band dan tata tertib sekolah yang kompak4. Ektrakurikuler dalam bidang musik dan keseniaan maju. Hadirnya nama Octarina Band, pimpinan Syaiful Mahidin merupakan inti dari seni musik dan tari. Octarina Band pernah mengadakan pertunjukan tari dan nyanyi di Gedung Pertemuan Sungai Gerong. Grup band ini juga pernah mengadakan pentas tiga malam berturut-turut, tahun 1966 di Gedung St. Pius dalam rangka mencari dana bagi korban bencana alam. Dana yang berhasil dikumpulkan sebanyak Rp. 9.000.000,00 langsung diberikan kepada Bapak Walikota Palembang, Abdullah Kadir, yang saat itu sebagai Ketua Koordinator Daerah Bencana Alam.
Dalam masa kepemimpinan Bapak Drs. F. S. Bandiman, SMA Xaverius juga harus mengikuti perubahan sistem pendidikan yang diberlakukan. Pada tahun ajaran 1962/1963 lahir sistem pendidikan yang dikenal dengan sebutan SMA Gaya Baru. Salah satu aturan dalam sistem tersebut adalah adanya pola penjurusan sesuai dengan bakat dan kemampuan siswa ketika kenaikan ke kelas 2. Ada 4 jurusan yaitu: Ilmu Pasti, Ilmu Pengetahuan Alam, Sosial, dan Budaya. Salah satu alumni yang pernah dibina oleh Pak Bandiman adalah Radjab Semendawai, kelahiran Gunung Jati 13 Juni 1947 (sekarang Seswilda Provinsi Sumatera Selatan).Perlu diketahui juga bahwa pada saat Bapak Drs. F.S. Bandiman memimpin SMA Xaverius, Yayasan mendirikan juga SMA Xaverius Bagian Putri di Jln. Kolonel Atmo. Kepala Sekolahnya adalah Suster Clementina (1961-1963) dan Suster Maria Charitas (1964-1967).Sejarah terus bergulir, begitu juga dengan sejarah eksistensi SMA Xaverius.
Pergantian kepemimpinan adalah hal biasa. Maka pada 1 Desember 1966 – 31 Januari 1972 SMU Xaverius mengalami pergantian kepala sekolah dari Drs. F.S. Bandiman kepada Bapak N. M. Soenarli, B.A. Beliau dikenal sebagai sosok seorang kepala sekolah atau pemimpin yang dalam bahasa Jawa dikenal “andap asor lan lembah manah” (ramah dan rendah hati-low profile). Pada awal kepemimpinan tahun 1967 beliau mengemban tugas cukup berat, sebab SMA Xaverius dipercaya sebagai rayon penyelenggaraan ujian negara dan mempunyai wewenang memberikan evaluasi serta menetapkan kelulusan para siswa peserta ujian. Waktu itu ada tiga SMA yang berwalikan SMA Xaverius, yaitu SMA Xaverius 2, SMA Xaverius 3, dan SMA St. Louis. Pada masa kepemimpinan beliau inilah nama SMA Xaverius 1 muncul. Berdasarkan Piagam Pengakuan SMA Swasta No. 35/205 Kepala Dinas SMA pada Direktorat Pendidikan Menengah Umum Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Pusat, tertanggal 9 November 1970, nama SMA Xaverius 1 tertulis secara resmi pada instansi pemerintah.
Dalam kepemimpinan N.M. Soenarli, B.A., jurusan Budaya (dulu Bagian A) dibuka di SMU Xaverius dengan peminat sebanyak 17 siswa dan 14 siswi dari SMA Xaverius Putri. Mulai inilah pertama kalinya SMA Xaverius bercampur, mungkin putra-putri dalam satu kelas, yang memberi nuansa lain untuk membangkitkan minat belajar siswa. Pada tahun 1971 SMA Xaverius mendapat hak dari pemerintah dalam hal ini Kepala Perwakilan Departemen P dan K untuk menyelenggarakan ujian sekolah. Salah seorang alumninya adalah Rosihan Arsyad ( menurut keterangan dari Pak Bandiman, beliau pernah memegang genderang pasukan drum band, Red.; sekarang Gubernur Provinsi Sumatera Selatan). Pandu sekolah pernah mendapat undangan waktu peletakan batu pertama Jembatan Ampera.
Dalam kenangan Pak Narli Pandu lebih mengesankan dari kegiatan lain karena kesannya lebih bersifat internasional. Kelebihannya terletak pada penciptaan sikap disiplin. Kegiatan olahraga seperti sepak bola dan basket sangat menonjol, begitu juga bola voli. Sepak bola Bangau cukup disegani dan sering tanding dengan tim luar atau tim sekolah lain. Tim basket Bangau juga terkenal dan diperhitungkan di tataran pelajar Palembang. Begitu juga tim bola volinya cukup tangguh. Di bidang kesenian, 27-28 Mei 1967, siswa SMA Xaverius dengan nama Kidjar mengadakan Malam Gerak Gaya dan Nada di Gedung St. Pius. Majalah Gita yang ditangani oleh M. Siddiq Agus Putra berjalan lancar, di bawah bimbingan Bapak Syahrulsyam. Seksi Majalah mengadakan Malam Kesenian dengan nama Malam Gita Locajaya, 24-25 Agustus 1967, dengan menampilkan tarian, pantomim, dan musik.
Data prestasi siswa secara lengkap dapat dilihat pada Data Prestasi.Masa jabatan Bapak N. M. Soenarli dalam memimpin, membimbing, dan membina SMU Xaverius berakhir tanggal 31 Januari 1972. Sebagai pengganti beliau, oleh Yayasan dipilih Bapak Drs. T. Soedadi mulai 1 Februari 1972.
III. 1972-1987: MASA PENDEWASAAN DAN PEMATANGAN PRES-TASI
Periode 1972 – 1987 kepemimpinan SMA Xaverius 1 dipegang oleh Bapak Drs. T. Soedadi. Beliaulah satu-satunya kepala sekolah yang menduduki jabatan paling lama hingga tiga periode. Periode pertama tahun 1972-1976, kedua 1977-1981/1982, periode ketiga 1982/1983 – 1986/1987. Prestasi siswa dalam bidang intrakurikuler maupun ekstrakurikuler dan kegiatan guru maupun karyawan, semua terekam dalam buku khusus berjudul SMA Xaverius 1 Palembang dalam Tiga Pancawarsa 1972-1987.Perlu dicatat bahwa tahun 1974 ada tiga siswa SMA Xaverius 1 berhasil memenangkan sayembara Mengarang Prosa Hari Pahlawan 10 November 1974. Mereka itu adalah : 1) Arisman N.I. Baharuddin dalam judul Jiwamu Besar Kawan (Juara II); 2) Mohammad Syamsidi dalam judul Kukenang Kau Pahlawan (Juara III); Wenny Umboh dalam judul Revolusi dan Pengorbanan (Juara Harapan)Pada tahun 1975 Arisman dan Wenny Umboh juara I dalam sayembara yang diselenggarakan oleh Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Sumatera Selatan.
Arisman keluar sebagai pemenang I putra dengan judul prosanya : Hatinya Hatinya Resah dan Resah-Resahnya Berhati-hati, sedangkan Wenny Umboh memperoleh juara I putri dengan puisi berjudul Catatan Revolusi. Yohanes Sarworo Suprapto (Seminari St. Paulus-sekarang dosen Fakultas Sastra Universitas Gajah Mada) dalam tahun ini berhasil meraih gelar juara I sayembara mengarang prosa Bahasa Indonesia Tingkat Daerah yang diselenggarakan oleh Proyek Pengembangan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah, Pusat Pembinaan dan Pengembangan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, dengan judul karangan Manusia, Hukum, dan Pemuda Indonesia.Tahun 1976 Wenny Umboh keluar sebagai pemenang I sayembara mengarang puisi yang diselenggarakan oleh Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Sumatera Selatan dalam rangka memperingati Hari Proklamasi Kemerdekaan dengan judul puisinya Sebuah Revolusi di Tepi Sungai Musi. Tahun 1977, Yohanes Sarworo Supropto pemenang II sayembara Hari Pahlawan dengan puisinya yang berjudul Segenap Warga Kampung.Tahun 1979, Agus W. Hardono (2 IPA 3)-pernah menjadi guru Kimia SMU Xaverius 1 dan sekarang mengajar di SMU St. Ursula, Jakarta-, menjadi pemenang I sayembara mengarang prosa Hari Pahlawan Tingkat Daerah, Alex Kurniawan (2 IPS 1) sebagai pemenang II, sedangkan Johanes Baptista Sugito (sekarang guru Seminari Santo Paulus) menjadi pemenang Harapan II.
Tahun 1980 muncul nama Adhi Kusumaputra (2 1 A-sekarang wartawan Kompas) keluar sebagai pemenang tingkat SMTA dalam lomba mengarang yang diselenggarakan oleh Panitia Peringatan 50 Tahun Yayasan Xaverius Keuskupan Palembang dengan judul karangan SMA Xaverius sebagai Batu Loncatan ke Perguruan Tinggi.Prestasi siswa dalam karang-mengarang memang demikian banyak. Semua itu berkat pembimbingan para guru, terutama guru bahasa, seperti Pak Syahrul almarhum. Tahun 1983, tercatat prestasi siswi, Rita Safita Aryanna, kelas 3 IPA 5 meraih juara Lomba Mengarang SMTA yang diselenggarakan oleh Panitia Gerakan Nasional/Bulan Bahasa 1983, Seksi Pekan Bahasa dan Sastra Departemen Dikbud Kotamadia Palembang dengan judul karangan Kesiapan Kaum Muda untuk Tetap Bersatu.
Demikian juga ekstrakurikuler olahraga, perlu dicatat di sini beberapa prestasi yang membawa harum nama SMA Xaverius 1 semasa pimpinan Bapak Drs. T. Soedadi. Tahun 1972 tim bola basket SMU Xaverius 1 memperoleh juara dalam kegiatan Dies Natalis XII Basket Ball Putri se-Kodia Palembang; Juara Umum II dalam Pesta Olahraga Dies Natalis XVIII, dan Juara I Ping Pong dalam kegiatan Ping Pong Putri GMKI tahun 1977.Tahun 1984 predikat Club Favorite dalam lomba sepatu roda KAXP se-Kodia Palembang diperoleh oleh siswa-siswi SMU Xaverius 1. Begitu juga sederetan prestasi juara yang lain, misalnya Juara I Lomba Gerak Jalan 8 Km Hardiknas se-Kodia Palembang tahun 1985, Juara I Lomba Tenis Meja HUT RI ke-40 tahun 1985 se-Kodia Palembang, dan Juara I Bulu Tangkis Tunggal Putri dalam rangka Hardiknas se-Kodia Palembang.
Dalam bidang kesenian prestasi siswa-siswi SMU Xaverius 1 yang turut mengharumkan nama sekolah antara lain: juara I lomba Tari Pekan dan Festival Seni Budaya Sriwijaya tahun 1984; Juara I Lomba Modifikasi Busana Tradisional Indonesia HUT KH UNSRI ke-26, tahun 1985; juara I Lomba Paduan Suara Pekan Kesenian Hardiknas tingkat Regional tahun 1986, menyusul tahun berikutnya juara I lomba Paduan Suara lagu-lagu GOLKAR 1987, juara I Paduan Suara Lagu-lagu GOLKAR Ilir Timur II, Dirigen Terbaik Tingkat Regional, dan lomba paduan suara lagu-lagu GOLKAR. Ini semua berkat kerja keras Ibu Helena Pende, BA., sebagai pembimbing dan pengasuh ekstrakurikuler Paduan Suara dan Koor SMU Xaverius 1.Dalam bidang akademis yang lain, SMU Xaverius 1 tahun 1986 meraih Juara II se-Kodia Palembang dalam Kompetisi Cerdas Cermat Matematika di bawah asuhan Bapak Drs. Noersinggih (sekarang sudah pensiun dan menjadi kepala sekolah SMU Kusuma Bangsa), Juara I Lomba Pidato Bahasa Inggris dalam rangka Dies Natalis ke-18 dan wisuda sarjana muda Universitas Sriwijaya tahun 1987 atas asuhan Bapak F.X. Sihono, B.A. (sekarang sudah sarjana dan baru menempuh S2).
''Selama Bapak Drs. T. Soedadi memimpin dan membina SMU Xaverius 1 dalam tiga pancawarsa atau 15 tahun (1972-1987), cukup banyak prestasi akademis yang dicapai. Pembangunan fisik pun maju pesat, gedung lama yang beratapkan sirap, tahun demi tahun direhab menjadi gedung indah berlantai tiga. Ini semua tentu berkat kerjasama antara Yayasan, Pemerintah, para guru, dan dukungan masyarakat khususnya orang tua murid dan para alumni yang merasa ikut memiliki SMU Xaverius 1, masih kental di hatinya nostalgia indah dan mengesankan selama mereka bercengekarama di Jalan Bangau 60 Palembang. Rasa itu tetap ada meskipun mereka sekarang sudah menjadi pengusaha, birokrat, pedagang, paramedis, dosen, guru besar, rohaniwan, biarawan, biarawati dan yang terpanggil menjadi manusia yang bermanfaat sesuai dengan bidangnya masing-masing.
IV. 1987-SEKARANG: MASA PELESTARIAN DAN PENINGKATAN PRESTASI KE ARAH GLOBAL
Setelah masa Drs. T. Soedadi, tahun 1987 – 1991 SMU Xaverius 1 dipimpin oleh Aloysius Kismo Kinardi, B. Sc. tamatan Universitas Diponegoro Semarang. Pengalaman beliau yang berkaitan dengan konsepsi pendidikan SMU baik di dalam negeri maupun di luar negeri cukup menyakinkan. Ia seorang guru instruktur dalam bidang Fisika sejak Desember 1979. Sebagai guru instruktur beliau mengadakan pengamatan pendidikan di luar negeri. Pendidikan instruktur di Penang Malaysia ditempuh tahun 1980, di Australia tahun 1983, dan di Inggris tahun 1986. Dari pengalaman di luar negerinya, beliau mulai berpendapat bahwa pelajaran fisika di Singapura lebih berbobot dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya. Kemajuan pesat terdapat di Thailand, walau negara itu sering dikatan tak kaya.
Pak Ki, panggilan akrabnya, juga menyoroti dan membandingkan antara pendidikan fisika di Indonesia dan pendidikan fisika di luar negeri.Di Indonesia, dalam proses belajar mengajar siswa berada di kelas, lalu gurunya berkeliling, tetapi di luar negeri, siswanya yang berkeliling menemui gurunya. Di sini (Indonesia, termasuk SMU Xaverius 1) peminat IPA banyak sekali (A1), sementara di negara yang pendidikannya lebih maju daripada Indonesia, misalnya Inggris dan Australia, peminat Fisika (A1) kurang. Dalam satu kelas jurusan IPA (A1), peminatnya hanya 7-12 orang, paling banyak 17 orang, sementara di Indonesia jurusan IPA (A1) per kelasnya bisa rata-rata 40 – 45 orang. Hal yang kontras bukan ?
Berdasarkan latar belakang pengalaman dan pendidikannya itulah maka Bapak A.K. Kinardi, B.Sc. sudah pantas dan selayaknya mengemban tugas dari Yayasan Xaverius Pusat untuk mengelola dan memimpin SMU Xaverius 1 yang semakin bertambah banyak jumlah siswa, ruang kelas, laboratorium, dan guru-guru serta karyawannya.Memang hanya satu periode kepemimpinan Pak Kinardi menjadi Kepala SMU Xaverius 1, tetapi kebijakan-kebijakan yang pernah dilakukan untuk meningkatkan mutu dan kualitas SMU Xaverius 1, hingga sekarang dapat dirasakan.Semasa Bapak A.K. Kinardi, B.Sc. memimpin SMU Xaverius 1 banyak kegiatan yang dilakukan di sekolah ini, baik intrakurikuler maupun ekstrakurikuler.
Kegiatan intrakurikuler misalnya, guru mengadakan remedial pada sore hari untuk siswa-siswi yang dirasa kurang. Waktu itu sistem yang berlaku adalah semester sehingga indeks prestasi kumulatif sangat mempengaruhi kenaikan siswa.Kegiatan ekstrakulikuler yang dilaksanakan antara lain : 1)Bidang Ilmu Pengetahuan : komputer, KIR, elektronika, jurnalistik, perpustakaan, PKK, Bahasa Inggris; 2) Bidang seni : paduan suara, koor, puisi/drama, vokal group, seni lukis, seni tari; 3) Bidang olah raga : bola voli, sepak bola, bola basket, tenis meja, atletik; dan 4) Bidang kemasyarakatan : Koperasi, kepramukaan, PKS, PMR, Pramuka, Paskaxa, Palaxsa.Dalam bidang akademis, terukir sejarah prestasi siswa-siswi yang mengangkat nama baik sekolah untuk tingkat lokal maupun nasional, antara lain :1) Pribadi Wiranda Busro, finalis bidang Ilmu Pengetahuan Alam LKIR LIPI TVRI XXI Tingkat Nasional tahun 1989; 2) Posma Budianto, juara II dan Puji Hastuti, juara III Lomba Mengarang Sejarah Tingkat Nasional dalam rangka Hari Kebangkitan Nasional tahun 1990; 3) Stevanus Andhika Sutejo, finalis bidang Teknologi LKIR LIPI TVRI XXIII tingkat Nasional tahun 1991; dan 4) Aprilia, Pelajar Teladan 1991 yang mewakili Provinsi Sumatera Selatan ke tingkat Nasional.Dalam rangka memperjuangkan kesejahteraan guru dan karyawan, Bapak A.K. Kinardi B.Sc. memperhatikan mereka. Bapak dan ibu guru tetap diwajibkan menjalankan kewajiban-kewajibannya sesuai dengan profesi masing-masing, tetapi hak-hak guru mulai diperjuangkan sehingga setitik harapan dan kelegaan mulai mengalir dalam diri bapak ibu guru SMU Xaverius 1.
Suasana kejujuran dalam kerja pun dapat dirasakan. Salah satu perjuangan beliau yang sampai sekarang tetap dirasakan adalah adanya penghargaan kerja guru. Mungkin pengalamannya dalam dunia pendidikan di luar negeri terhadap profesi guru yang mendorong Pak Kinardi terpanggil untuk memeperjuangkan nasib guru dan karyawan.Demikian juga beliau sangat perhatian terhadap perpustakaan sehingga berani mengeluarkan anggaran besar guna menambah koleksi buku yang dapat dipastikan sangat membantu memajukan rasa, budi, dan pengetahuan siswa-siswi dan guru-gurunya.Sebaiknya kita juga banyak mengucapkan banyak terima kasih atas jasa-jasanya dalam memajukan SMU Xaverius 1.
Beliau sekarang sudah purna-bakti (pensiun) dan diminta untuk membantu mengelola SMU Kusuma Bangsa.Bapak A.K. Kinardi, B.Sc. digantikan oleh Bapak Y. Sitohang, B.A., tamatan IKIP Sanata Dharma Yogyakarta. Sebenarnya Pastur M. J. Weusten SCJ. sebagai Delegatus Pendidikan masih berharap supaya Bapak Kinardi tetap melanjutkan kemimpinannya, tetapi beliau tidak bersedia dan ingin mengabdikan diri ke dunia ilmunya yang dinilainya lebih kompleks. Tahun 1991-2001, SMU Xaverius 1dipimpin oleh Bapak Y. Sitohang, B.A. Sederetan prestasi juga tercatat selama kepemimpinan beliau, baik bidang akademis maupun nonakademis.Prestasi-prestasi siswa-siswi pada masa kepemimpinan Bapak Y. Sitohang, BA. yang mengharumkan nama SMU Xaverius 1, antara lain :1. Juara I, Lomba Cerdas Cermat Biologi Kedokteran II, Angkatan 1992, Senat Mahasiswa Fakultas Kedokteran UNSRI yang diselenggarakan tanggal 1-3 April 1994.2. Juara II Beregu, Lomba Cerdas Cermat Matematika IX, tingkat SMTA se-Sumatera Selatan tahun 1994.3. Juara I Kompetisi Matematika dan Komputer tingkat SLTA se-Sumatera Selatan tahun 1996, yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Fakultas MIPA Universitas Sriwijaya.4. Dalam bidang fisika tercatat Herry ikut serta menjadi wakil Indonesia dalam International Physics Olympiad di Autralia (1994). Hendra, adik Herry, juga mengukir prestasi yang sama dengan kakaknya ke tingkat internasional di Canada, Amerika Serikat (1997)(baca : Siswa Berprestasi)5. Juara Putri Lomba Cepat Tepat Pramuka Tingkat SMU Xaverius se-Kodia Palembang tanggal 28-30 November 1997 di Lem Cadika.6. Trofi bergilir Lomba Cerdas Cermat Bahasa Inggris yang diselenggarakan Radio Gema Mutiara dalam rangka Hari Radio dari Kepala Stasiun RRI Palembang.6. Dalam bidang seni SMU Xaverius 1 juga banyak prestasi.
Di bawah asuhan Ibu Helana Pende, B.A., koor dan paduan suara SMU Xaverius 1 memperoleh juara I, Lomba Paduaan Suara Palembang tanggal 28 Agustus 1994. Gelar Juara I Festival Vokal Grup Tingkat SLTA se-Kodia Palembang yang diselenggarakan di SMU Negeri 3 Palembang juga diperoleh. Pada tahun 1995-1996 kelompok band sekolah El Xaba berkali-kali menjadi juara dalam berbagai festival, bahkan sempat mewakili wilayah Sumatera Bagian Selatan ke Grand Final Festival Band Hai-ANTEVE, di Yogyakarta.7. Dalam bidang olah raga, kepiawaian siswa-siswi SMU Xaverius 1 pun turut membawa nama baik sekolah. Buktinya siswa-siswi SMU Xaverius 1 mampu meraih Juara I Pertandingan Bola Voli Putri antar-SMU se-Kodia Palembang dalam rangka Hari Kunjung Perpustakaan, Perpustakaan Daerah Sumatera Selatan tahun 1996. Demikian juga berhasil direbut Juara I Tournament Bola Basket Tingkat SLTA dan SMU Hexos Unanti Cup II, se-Kodia Palembang. tanggal 08-13 April 2001.8. Di dalam bidang rohani, untuk mengembangkan keseimbangan antara otak, badan dan jiwa para siswa-siswi SMU Xaverius 1, sekolah bekerjasama dengan bapak ibu guru yang mengajar agama, para pembina rohani (pastor dan suster) menyelenggarakan retret atau rekoleksi di Podomoro Km. 14 atau di Rumah Retret Giri Nugraha Km 7. Pelaksanaan pembinaan rohani ini biasanya ditekankan dan diberlakukan pada siswa-siswi kelas 3 SMU Xaverius 1, yang tidak lama lagi akan meninggalkan SMU Xaverius 1, untuk studi lagi di jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Paling tidak jiwa dan mental siswa-siswi SMU Xaverius 1 sudah diisi dengan siraman rohani sehingga mereka siap menghadapi tantangan-tantangan berikutnya. SMU Xaverius 1 juga meraih juara II dalam Lomba Mazmur yang diadakan dalam rangka memperingati Bulan Kitab Suci tanggal 23 September 1997. Masih banyak sederetan prestasi yang lain (lihat Data Prestasi tahun 1992-2001). Terima kasih banyak kepada Bapak Y. Sitohang, B.A. barsama dewan guru, karyawan yang telah bekerja keras untuk mempertahankan nama SMU Xaverius 1 yang di hati masyarakat sudah dipercaya sebagai sekolah yang baik, bermutu, dan berdisiplin.Mulai tahun 2001 hingga sekarang, kepemimpinan SMU Xaverius 1 dipercayakan kepada Bapak Drs. Irenaeus Sukendro.
Estafet kepemimpinan SMU Xaverius 1 dipegang oleh beliau. Nuansa dan gaung baru terasa. Mengapa demikian ? Di samping sebagai seorang alumnus SMU Xaverius 1 tahun 1971 beliau yang juga seorang sarjana lulusan IKIP Sanata Dharma, sebelum menjadi guru dan kepala sekolah SMU Xaverius 1, telah memiliki pengalaman kepemimpinannya yang lumayan banyak, bahkan sejak menjadi mahasiswa. Tahun 1978 beliau dipilih oleh mahasiswa dan dipercaya oleh Prof. Dr. Kellas SJ. (Romo Kadarman) yang saat itu sebagai rektor IKIP Sanata Dharma Yogyakarta untuk menjadi Ketua Dewan Mahasiswa.Dalam dunia pendidikan pun beliau pernah menjadi guru sekolah favorit di SMU Kolese De Britto, Yogyakarta.
Sesudah menyelesaikan pendidikan tingkat sarjana, Drs. I. Sukendro dipercaya oleh Delegatus Pendidikan, Pastor Weusten SCJ, menjadi kepala sekolah SMA Xaverius Lubuk Linggau. Berbagai pengalaman dalam menghadapi dan mengatasi kondisi siswa-siswi dan masyarakat Lubuk Linggau, yang tentunya suasana belajar dan kedisiplinannya berbeda dengan SMU Xaverius 1, Palembang semakin memperkaya referensinya dalam pengelolaan sekolah.Dalam kepemimpinan beliau, aktivitas dan kegiatan yang bekaitan dengan persekolahan tetap melanjutkan dan meneruskan kegiatan yang telah dirintis oleh para pendahulunya tanpa melupakan perubahan sebagai bagian dari proses kehidupan yang berjalan sesuai dengan zaman dan tantangannya.Nuansa reformasi dalam bidang pendidikan pun agaknya tak bisa dihindari.
Gejolak zaman dan perkembangannya membawa arus fenomena ke arah yang serba berubah. Hal tersebut sebagaimana kita rasakan dalam iklim politik nasional maupun global. Perkembangan arus demikian jelas terbaca dan diantisipasi oleh kepala sekolah.Kepemimpinan Drs. I. Sukendro juga bertepatan dengan Hari Ulang Tahun Emas SMU Xaverius 1. Sekolah ini sudah berusia setengah abad, 50 tahun. Sehubungan dengan hal ini banyak kegiatan yang dilaksanakan. Untuk itu pihak sekolah menjalin bekerja sama dengan para alumni, terutama yang berada di Palembang. Berbagai kegiatan terwujud, baik yang berdimensi akademis, sosial, ekspresi dan seni, olah raga, rekreasi, malam temu alumni, dan malam resepsi.
Kegiatan yang dirancang dan dilaksanakan oleh alumni, di antaranya bekerja sama dengan sekolah, antara lain:1. kegiatan sosial dalam bentuk khitanan massal, 8 Juli 2001, donor darah, 21 Juli 2001, pengobatan massal, 15 Juli 2001, dan anjang sana, 21 Juli 2001. Khitanan massal, donor darah, dan anjang sana dilaksanakan di SMU Xaverius 1 sesuai dengan jadwal, kerja sama alumni dan sekolah; sedangkan pengobatan massal dilaksanakan di Sungai Lacak, Kelurahan Gandus, Palembang. Semuanya berlangsung dengan baik dan tepat sasaran sesuai dengan tujuan yang ditentukan.2. Seminar, dilaksanakan 12 Juli 2001 di Hotel Swarna Dwipa, menghadirkan Dr. Sri Adiningsih, Deputi Bank Indonesia, dan praktisi bisnis Jon A. Masli (alumni). Kegiatan ini dihadiri oleh ratusan undangan dari berbagai kalangan, baik dari instansi terkait, perbankan, praktisi, akademisi, maupun tokoh masyarakat.3.
Olah raga, dalam bentuk jalan santai keluarga, sepak bola, bola voli, golf, tarik tambang dan permainan. Kegiatan olah raga ini hampir seluruhnya dilaksanakan di SMU Xaverius 1, kerja sama alumni dan sekolah, kecuali olah raga golf yang dilaksanakan di Palembang Golf Club, Taman Kenten.4. Rekreasi, diwujudkan dalam bentuk Musi Tour, 22 Juli 2001, dilaksanakan sesuai dengan jadwal.5. Malam Temu Alumni, diadakan 21 Juli 2001 di Hotel Swarna Dwipa, dengan mendatangkan artis Denada, dilaksanakan sesuai dengan jadwal.Kegiatan tersebut seluruhnya berjalan dengan baik dan dapat dikatakan sangat sukses berkat kerja keras Panitia Reuni dan HUT Emas SMU Xaverius 1. Proviciat!
Di sisi lain, pihak sekolah juga mempunyai serangkaian program demikian banyak yang menyita waktu maupun peran serta bapak-ibu guru, karyawan, dan siswa. Pihak SMU Xaverius 1 mengadakan:1. diskusi panel, yang dilaksanakan Juni 2001, di Ruang Sidang SMU Xaveius 1, dengan topik: SMU Xaverius 1 50 Tahun: Quo Vadis? Bertindak sebagai pembicara adalah Y. Sitohang, B.A. (waktu itu masih kepala sekolah) dan Drs. I. Sukendro (sekarang kepala sekolah).2. Bazar, 26-28 Oktober 2001, dilaksanakan di lingkungan SMU Xaverius 1.3.
Malam resepsi, 30 Oktober 2001, di Hotel Swarna Dwipa, yang dihadiri oleh para tamu dan undangan, guru, karyawan, dan siswa.4. Seminar Reformasi Pendidikan, 11 Januari 2002, di Ruang Sidang SMU Xaverius 1 dengan menghadirkan narasumber Drs. Hartono, M.A. dari Universitas Sriwijaya, Drs. G. Sukadi, Kahumas Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Dr. Paul Suparno SJ, Rektor Universitas Sanata Dharma, R. Rohandi, M.Pd., juga dari Universitas Sanata Dharma.5. Retret bagi staf, guru, dan karyawan SMU Xaverius 1, yang dilaksanakan di Wisma Giri Nugraha Km 7, 12-13 Januari 2002, untuk membangkitkan dan menyegarkan kembali semangat, dedikasi, dan loyalitas.6. Rekreasi bersama staf, guru, dan karyawan ke Lampung, 11-14 Maret 2002.Dalam kepemimpinan Drs. I. Sukendro, meskipun belum lama, prestasi siswa juga semakin terbukti. Alexander Tanzil memasuki tingkat nasional untuk seleksi peserta International Physics Olympiad (IPO). Ia menduduki peringkat kedua belas di antara seluruh peserta seleksi dari seluruh Indonesia yang lebih dari empat puluhan.
Sialnya, yang dipakai ke tingkat internasional hanya sebelas peserta. Dalam waktu lain pada perlombaan yang bertaraf nasional, Kompetisi Matematika Fisika yang diselenggarakan oleh Universitas Parahyangan, Bandung, 25-26 Januari 2002, tim yang terdiri dari Alexander Tanzil, Harry Lesmana, dan Yudistira, di bawah pendampingan Drs. Leo Junaidi berhasil memperoleh gelar juara II. Aldo juga mengikuti kompetisi khusus matematika pada kesempatan yang sama. Meskipun belum memperoleh juara, ia telah mengukir pretasi yang baik dan mewakili sekolah. Begitu juga dalam lomba matematika lokal yang diselenggarakan oleh FKIP Universitas Sriwijaya, 17 Februari 2002.
Alexander Tanzil dalam kelas Perorangan Tingkat SMU memperoleh juara I, sedangkan dalam kelas beregu, tim sekolah memperoleh juara II dan III.Peristiwa yang menarik adalah seminar tentang Reformasi Pendidikan di Indonesia, yang diadakan tanggal 11 Januari 2002 di Ruang Sidang SMU Xaverius 1, dengan menghadirkan beberapa narasumber ahli sebagaimana disebutkan di atas. Pemilihan topik tersebut mengingatkan kita pada tulisan Andreas Harefa (2001: xiii-) dalam Kesaksian Penulis: Ketika Pendidikan Hanya Menghasilkan Air Mata. Kondisi, sistem, dan keterjebakan dalam paradigma yang ‘salah’tentang pendidikan benar-benar perlu direformasi.
Apalagi menghadapi wacana globalisasi, kesalahkaprahan paradigma tersebut, baik kalangan guru, kepala sekolah dan staf, karyawan, siswa, orang tua, dan masyarakat, harus diubah sesuai dengan tuntutan zaman, jika tidak ingin menjadi kaum yang dimarginalkan oleh perubahan yang tak bisa dielakkan atau ditepiskan. Salah satu di antara narasumber adalah Doktor Paul Suparno SJ, Rektor Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, yang datang terlambat karena hambatan pesawat. Tahun 1978 beliau adalah mahasiswa Jurusan Fisika IKIP Sanata Dharma Yogyakarta.
Pada saat I. Sukendro menjabat sebagai ketua Dewan Mahasiswa IKIP Sanata Dharma, Paul Suparno menjabat sebagai bendahara Dewan Mahasiswa IKIP Sanata Dharma. Gelar doktor diperolehnya di Amerika Serikat sebagai spesialis fisika. Di belakangnya namanya terdapat huruf SJ. Itu menunjukkan ia seorang rohaniwan yang moralitasnya dibina dan ditempa oleh Serikat Jesus, kongregasi yang pada abad 16 dirintis oleh Ignatius de Loyolla. Menurut pengamatan Dr. Paul Suparno SJ, “Yang cocok untuk diterapkan pada anak didik dalam mengajar dan mendidik, yaitu jika kita para guru berpedoman pada filsafat konstruktivisme.”
Dalam pandangan filsafat tersebut, pendidik memberikan petunjuk yang membantu anak didik dalam menguasai bahan pelajaran. Kualitas dan kuantitas pengetahuan dapat dibentuk secara pribadi (personal) oleh siswa. Semua pelajaran, termasuk arahan guru, hanya merupakan bahan yang harus diolah dan dirumuskan sendiri oleh siswa. Di sisi lain pengetahuan juga dapat dibentuk karena bersama orang lain (sosial).Model pembelajaran yang dianggap baik adalah model demokratis dan dialogis. Siswa dapat mengungkapkan gagasannya sebagai cerminan olah pikirnya, tidak merasa takut mengkritik bila gagasan yang disampaikan guru yang tidak benar, dan dapat menemukan serta mengungkapkan alternatif jalan pikiran lain dari gurunya. Pola tradisional guru main diktator yang hanya menekankan satu nilai, satu jalan keluar, sudah ketinggalan zaman. Guru lebih bersikap demokratis.
Oleh karena itu, model pendidikan yang membuat siswa tak berani bicara (budaya bisu) atau mengurangi kesempatan siswa mengutarakan gagasannya sudah merupakan pola yang uzur. Pendidikan yang benar harus membebaskan siswa untuk berpikir, berkreasi, dan berkembang. Siswa tidak dijadikan sebagai objek yang penurut seperti robot, tetapi diperlakukan sebagai pribadi yang dapat berpikir dan menentukan sikap.Dalam pola pikir atau paradigma tersebut para guru ditantang untuk terus ‘belajar’ meningkatkan pengetahuan sesuai dengan bidangnya dan kemajuan zaman, meningkatkan keterampilan, serta rajin mengembangkan sikap profesionalismenya.
Guru dalam arti sejati merupakan ‘manusia dewasa’ yang sikap, perilaku, dan perkataannya pantas ditiru dan diteladani oleh manusia-manusia muda yang berusaha menemukan jati dirinya serta kemandiriannya. Demikianlah gambaran jejak-jejak langkah SMU Xaverius 1 sejak berdiri hingga kini, dalam usia emasnya. Sebagai lembaga pendidikan yang terus berusaha melayani kebutuhan masyarakat Palembang, Provinsi Sumatera Selatan, maupun negara Indonesia, SMU Xaverius 1 akan terus berjalan menapakkan kaki dengan pasti, langkah demi langkah secara mantap, dan akan terus meninggalkan jejak-jejak tapak sejarah manis sebagai fakta proses dan keberhasilan yang ditorehkannya. Emas Usiamu, Emas Prestasimu! (Doet)

Saturday, March 24, 2007

GEMERLAP PRESTASI DALAM USIA EMAS

SMA Xaverius I Palembang

Pendidikan Berdasarkan Cinta Kasih dan Persaudaraan

Ungkapan carilah ilmu hingga ke negeri China, ternyata bukan hanya barisan kata-kata puitis tanpa makna yang cukup untuk dibaca dan diingat saja. Dalam kalimat itu terdapat maknai luas yang bisa berarti, mencari ilmu tidak mengenal batasan usia dan waktu. Ilmu tidak mengenal batasan negara, agama dan suku. Satu-satunya jalan untuk menjadi maju dan tidak tertinggal dengan perkembangan ilmu serta teknologi yang demikian pesat, adalah dengan belajar dan terus belajar.

Belajar dan terus belajar, itulah yang sekarang dilaksanakan oleh para guru maupun siswa-siswi SMA Xaverius 1 Palembang Tanpa belajar, semuanya akan tertinggal. Tertinggal tentunya punya pengertian yang luas, bukan saja dari segi Iptek, bisa juga dari segi wawasan. Hal seperti inilah yang tidak diingini oleh pengelola SMA Xaverius I. Meski sekolah ini yang berada jauh dari gegarnya kehidupan kosmopolitan kota Jakarta, para pengelola sekolah tidak mau ikut tertinggal. Buktinya, gaung kesuksesan yang telah dicapai para siswa sekolah itu, tidak hanya terdengar di seputar Palembang saja, namun, sudah merambah ke mancanegera. Terbukti, banyak lulusan dari SMA Xaverius memperoleh beasiswa ke universitas negeri, maupun luar negeri.

Misi dan Visi
Menjadikan manusia Indonesia yang terpelajar dan memiliki pendidikan bagus, bukan hanya angan-angan di benak para pakar pendidikan saja. Angan-angan itu juga tercermin dari pendiri Yayasan Xaverius Palembang, Frater L.F.J. Nienhuis asal Belanda. Frater yang begitu serius dengan pendidikan di Indonesia, memiliki misi kuat untuk menjadikan insan Indonesia cerdas dan berwawasan luas. Misinya adalah mendirikan sebuah sekolah sebagai pusat unggulan pelayanan pendidikan generasi penerus, berdasarkan nilai-nilai persaudaraan serta cinta kasih. Frater L.F. J Nienheuis mempersiapkan peserta didik mempelajari ilmu pengetahuan sesuai dengan kurikulum.

Tujuan yang utama untuk mempersiapkan anak didik menghadapi persaingan global, melatih dan mendampingi anak memperoleh ketrampilan melalui kegiatan ekstrakurikuler. Di mana kegiatan itu mampu mengembangkan segi emosional anak, membina dan mendampingi anak didik, menumbuhkembangkan nilai-nilai kemanusiaan yang mengembangkan hati nurani dan solidaritas, serta menumbuhkembangkan sikap kritis, kreatif, dan inovatif. Niat itu akhirnya diteruskan oleh para guru yang sekarang mengajar di sekolah ini.

Sesuai dengan nilai-nilai luhur pelindung sekolah, Santo Fransiskus Xaverius, misi Frater L.F.J. Nienhuis, kemudian dikembangkan lagi, sehingga pengetahuan siswa makin bertambah dan bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, dan mengembangkan diri sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, serta kebudayaan, meningkatkan kemampuan siswa sebagai anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial budaya dan alam sekitar, menumbuhkembangkan semangat persaudaraan dan mencintai sesama.

Ada yang unik dari sebagian kalimat pada misi yang disampaikan oleh Frater L.F.J. Nienhuis, penggalan kalimat itu berbunyi : siswa dan anggota masyarakat menumbuhkembangkan semangat persaudaraan dan mencintai sesama.Kalimat itu punya makna luas. Di tengah makin meningkatnya kehidupan individual di mana manusia tidak lagi peduli akan sesama serta lingkungan sekitar, misi yang disampaikan sang Frater tampaknya boleh juga dijadikan perhatian. Dengan misi itu, kita akan menengok ke belakang dan bertanya pada diri sendiri, apakah selama ini kita sudah peduli pada sesama dan juga lingkungan sekitar kita?
Terlepas dari apa yang diharapkan oleh pendiri SMA Xaverius 1 Palembang, tidak ada salahnya bila kita sedikit mengetahui, lika-liku perjalanan sekolah ini hingga menjadi sekolah yang bermutu sekaligus berkualitas seperti sekarang.

Sekolah yang mirip rumah susun ini didirikan pada tanggal 15 Juli 1951. Kala itu, masih berlokasi di Jalan Talang Jawa Lama (Kol. Atmo, sekarang, Red) No 4. Status sekolah berada di bawah naungan Yayasan Xaverius, Yayasan ini sebelumnya sudah memiliki beberapa sekolah.
Keinginan untuk mendirikan SMA Xaverius sudah lama, dan terus menjadi pemikiran para pengurus yayasan. Saat itu, untuk mewujudkannya masih menemui beberapa kendala, salah satunya, tenaga pengajar, sarana dan prasarananya belum memadai. Kebutuhan masyarat akan pendidikan yang memadai dan berkualitas, akhirnya memacu Frater L.F.J Nienhuis untuk secepat mungkin mendirikan Sekolah Menengah Atas (SMA). Persiapan pun dilakukan, setelah matang, akhirnya SMA Xaverius diresmikan.

Pesan Kapur Tulis dari Belanda
Saat itu, sarana memang menjadi kendala utama. Terutama alat untuk kegiatan belajar-mengajar. Salah satu kendala yang signifikan adalah, tersedianya kapur tulis. Agar kebutuhan akan kapur tulis terpenuhi, salah seorang yang termasuk pendiri sekolah, yaitu Pastor J.H. Soudant SCJ, harus memesan kapur tulis dari Belanda.

Selain kapur tulis, kondisi lingkungan juga mempengaruhi. Akses jalan menuju sekolah, masih berupa jalan setapak dan rawa-rawa. Rumah permanen baru ada beberapa bangunan saja. Murid perdana yang masuk sekolah pun jumlahnya hanya 32 siswa. Dan guru-guru yang mengajar pun cuma 11 orang. Dengan situasi yang apa adanya, semangat para guru untuk memberikan pendidikan yang terbaik bagi generasi muda Palembang kala itu, tidak pernah luntur. Perlahan namun pasti, perkembangan sekolah maju pesat, akhirnya menggiring sekolah itu menjadi sekolah yang tidak dipandang sebelah mata lagi.

Saat ini para pengelola sekaligus motor yang menangani SMA Xaverius I Palembang adalah : Kepala Sekolah (Kepsek) Drs. Irenaeus Sukendro, Wakil Kepala Sekolah (Wakasek) bidang kurikulum Drs.Kasdi Haryanta, Wakil Kepala sekolah bidang kesiswaan F.X. Tumpal Sihotang, SH., S,Pd, Wakil Kepala sekolah Bidang Sarana dan Prasarana Dra. Lucia Chia, Wakil Kepala sekolah Bidang Humas Y.S. Eko Hadi Lelana, B.A. Dibantu oleh para Wakasek ini, Kepsek Drs Irenaeus Sukendro bekerja keras membentuk SMA Xaverius menjadi sekolah yang bermutu dan berkualitas di kota Palembang.

Bisa dikatakan, membentuk sebuah sekolah sejak tahun 1951, bukanlah waktu yang pendek. Tiap pergantian kepala sekolah, akan dibarengi pula dengan munculnya program baru yang wujudnya sama, untuk menunjang berlanjutnya sebuah lembaga pendidikan yang bermutu. Semuanya memang tidak mudah, harus diberngi dengan sarana dan prasarana yang memadai.
Masalah sarana dan prasarana mungkin masalah yang dihadapi hampir semua sekolah yang ada di Indonesia. Meski sekolah ini milik sendiri, dengan luas bangunan 13.360 meter persegi, SMA Xaverius I Palembang belumlah merasa keberadaan sekolah mereka sudah memenuhi standar sebagai sekolah yang memiliki sarana dan prasarana yang cukup. Salah satu contoh adalah, pembangunan aula yang belum rampung. Dengan dana operasional yang diperoleh dari SPP dan Yayasan, masih saja ada yang harus dibantu, terutama siswa yang kurang mampu.

SMA Xaverius 1 juga memiliki cara khusus untuk menutupi kekurangan itu. Bayaran SPP ditetapkan bervariasi, sesuai dengan kemampuan para murid. Selain itu, sekolah juga menerapkan sistem subsidi silang, yang mampu membantu yang kurang mampu. Komite sekolah juga berperan besar dalam menunjang pencarian dana, terutama untuk pembangunan gedung-gedung sekolah dan sarana olah raga serta aula yang sampai saat ini belum rampung pembangunannya. Semua pengelolaan keuangan diatur oleh yayasan. Sekolah tinggal membuat laporan kepada yayasan.
Consumption (economics)

Utamakan Pemahaman Budi Pekerti
Sebagai sekolah swasta yang cukup berpengaruh di kota Palembang, SMA Xaverius merasa penting menjalin kerjasama dengan instansi pemerintah, terutama Departemen Pendidikan dan Pemerintah Daerah setempat. Drs. I. Sukendro pun mengakui hal itu. Selain kerjasama, sebagai sekolah Katolik, penerapan pelajaran agama tidak memaksak, artinya murid diberi kebebasan untuk menjalan agamanya masing-masing.

"Sejak didirikan hingga sekarang, hubungan yang terjalin dengan pemerintahan baik dan berjalan lancar. Begitu juga hubungan dengan Departemen Pendidikan Nasional. Karena kami sekolah Katolik, kurikulum untuk pelajaran agama, sesuai dengan sekolah kami, Tapi itu bukan berarti para murid yang berbeda keyakinan harus ikut agama yang dianut mayoritas murid sekolah kami. Yang terpenting, saya harapkan pemahaman budi pekertinya baik," jelas Drs. Irenaus Sukendro, Kepsek SMA Xaverius 1 Palembang.

"Penerapan seperti itu, buat murid tidak ada masalah. Saat pertamakali masuk, kami menjelaskan, sekolah itu ada dua macam, sekolah negeri dan swasta. Begitu juga dengan sekolah swasta, ada dua macam, sekolah yang bercirikan agama dan yang tidak. Dan kebetulan Xaverius ini sekolah bercirikan agama Katolik. Meski demikian, sejarah mencatat, Gubernur Palembang tahun lalu, lulusan sekolah ini, dan sampai sekarang dia tetap dengan keyakinannya sendiri. Kami tidak mewajibkan yang beragama lain untuk ikut misa. Justru, pada hari Jumat, kami mematuhi aturan pelajaran dari pemerintah hanya lima jam. Yang Katolik melakukan pendalaman iman, sedang yang muslim kami persilahkan sholat Jumat ke Masjid, " ujar Wakil Kepala Bidang Humas, Y.S. Eko Hadi Lelana. Dengan adanya pernyataan Kepsek dan Waka Humas ini, memperlihatkan kalau SMA Xaverius menerapkan Azas Bhineka Tunggal Ika secara konsisten.

"Untuk pelajaran agama di sekolah ini, kami menyarankan murid untuk mendalami agamanya sendiri-sendiri. Untuk itu, kerja kelompok, presentasi yang dilakukan murid, dilaksanakan sesuai dengan agamanya masing-masing. Berkaitan dengan pelajaran agama, saya minta yang Muslim ke Kiyai, Protestan ke Pendeta, Katolik ke Pastur, dan Budha ke pendeta. Jadi kebenaran iman ya, diimani. Kami para guru menyampaikan dengan benar, dan berharap diterima dengan benar, nanti, menyampaikan pada orang lain juga benar," tambah Waka Humas Eko Hadi Lelana, sekaligus guru agama di SMA Xaverius I Palembang.
"Namun menurut hemat saya, tujuan dari pendidikan dikembalikan ke mukadimah Undang-Undang Dasar 45, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa," imbuh Kepsek SMA Xaverius, Drs. Irenaus Sukendro.

Segudang Prestasi
Sejalan dengan bertambahnya waktu, lambat laun SMA Xaverius membuktikan diri menjadi salah satu SMA unggulan di kota Palembang yang patut diperhitungkan. Perjalanan waktu yang lumayan panjang tidak membuat sekolah ini mundur ke belakang, malah sebaliknya. Saat ini, SMA Xaverius I Palembang mampu meraih prestasi dalam bidang akademis maupun ekstrakurikuler, baik itu ditingkat daerah, maupun nasional.

Untuk tingkat Nasional maupun Internasional tercatat nama-nama para murid yang mengukir prestasi mengagumkan bagi sekolah mereka. Misalnya, Pribadi Wiranda Busro finalis bidang IPA Lomba Karya Ilmiah Nasional, Herry, wakil International Physics Olympiade di Australia 1994, Yudistira Virgus peraih perunggu di ajang Olimpiade fisika Internasional di Taiwan, ia juga meraih medali emas di International Physics Olympiad di Pohang Korea selatan Juli 2004, Ali Sucipto, peraih Honorable Mention Olimpiade fisika Asia di Vietnam 2004 , juga meraih Honorable Mention di IPho (International Physics Olympiade) di Pohang Korea Selatan. Dan banyak lagi yang tidak bisa disebutkan namanya satu-persatu.

Memodifikasi Sistem Pembelajaran
Kurikulum Berbasis Komptensi memang lagi trend di kalngan dunia pendidikan. Tiap sekolah berpacu untuk memberikan yang tebraik melalui system KBK itu. Ada yang memberikan in house training berulang-ulang, ada pula yang khusus mendatangkan para pelatih dari pusat (Jakarta.red) untuk memberikan pelatihan pada para guru. Eforia ini memang wajar. Untuk memperoleh mutu dan sebutan sebagai sekolah berkualitas, segala cara yang sifatnya positif, dilaksanakan. SMA Xaverius I Palembang juga tidak mau ketinggalan. Sistem belajar- mengajar yang diberlakukan di sekolah ini, mengacu pada Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 2 Tahun 1988. Materi yang diberikan pada para siswa, sama dengan materi yang dipelajari oleh sekolah lain. Meski sama, demi meningkatkan prestasi, dalam hal tertentu SMA Xaverius memodifikasi sistem pembelajaran yang diberikan pada para peserta didik.

Modifikasi system pembelajaran merupakan cara jitu untuk meningkatkan kualitas siswa dari segi intelektual. Meski demikian, SMA Xaverius I Palembang juga menerapkan pola Kurikulum Berbasis Kompetensi. (KBK). Menurut Kepala Sekolah, pada KBK, siswa berperan sebagai subyek yang belajar. Di sini siswa menjadi individu yang sadar jika dirinya mempunyai tanggungjawab harus belajar demi pengembangan diri dan masa depannya.Pemberlakuan evaluasi juga dilaksanakan secara harian dan semester. Evaluasi dilakukan oleh guru yang dijadwalkan dalam buku agenda ulangan harian.

Hukuman Tergantung Berat Ringan
Selain evaluasi, ada juga system penilaian yang dilakukan oleh para guru. Sistem penilaian di SMA I Xaverius, dilaksanakan berdasarkan tujuan, obyektivitas, dasariah, menyeluruh, berkesinambungan, terbuka, proporsional, periodik, dan mendidik. Setelah dievaluasi, hasilnya bisa diketahui kemajuan siswa dalam proses belajar. Dari hasil semua itu, ada kriteria yang harus dicapai. Kriteria secara individual jumlahnya 65 %, kriteria secara klasikal berjumlah 85 %. Siswa yang belum bisa mencapai dua kriteria di atas, bisa mengikuti program remedial. Selanjutnya, bila siswa sudah mencapai kriteria tersebut, bisa mengikuti program pelajaran tambahan dan pengayaan. Dengan sistem seperti itu, sudah bisa dipastikan seperti apa kemampuan intelektual para siswanya. Namun, apakah semua kegiatan belajar dan mengajar berjalan lancar-lancar saja dan tidak ada kendala?

"Selama ini, siswa yang terlalu bermasalah, seperti pemakaian narkoba, tidak ada di sekolah kami. Kalau berkelahi memang ada, namun intesitasnya tidak tinggi. Biasanya, jika siswa bermasalah, kami serahkan dulu kepada wali kelasnya, jika masalah itu selesai, ya sudah cukup sampai di situ. Namun jika masalahnya berkepanjangan, baru wali kelas bekerjasama dengan guru Bimbingan dan Konseling (BK). Kalau masalahnya berat sekali, kami memanggil orangtuanya, kemudian kalau memang tidak bisa ditangani, ada kerjasama antara guru BK, kesiswaan, dan wali kelas, mereka akan memberikan sanksi berupa peringatan pertama. Kalau peringatan pertama, ke dua dan ke tiga dilanggar, maka kami dan orangtua akan menghadap ke kepala sekolah (Kepsek). Kepsek sebagai pemberi keputusan terakhir. Apakah murid ini dipertahankan atau diskors dulu. Untuk tahun ini, tidak ada yang sampai demikian," jelas Wakasek Bidang Kesiswaan F.X. Tumpal Sihotang, SH., S.Pd.

Lebih Tertarik pada Buku
"Yang pasti, anak-anak di sini tidak tertarik untuk menggunakan narkoba. Mereka lebih tertarik pada buku. Tiap hari ada pemeriksaan siswa. Hari ini saja sudah kami data yang sakit ada lima belas, yang ijin dua orang dan bolos empat orang dari jumlah siswa 1.647 orang," imbuh Kepsek SMA Xaverius I Drs. Irenaeus Sukendro. "Jika ada anak yang berkelahi membawa senjata tajam, lalu mengajak orang dari luar lingkungan sekolah, sanksinya kami keluarkan dari sekolah ini, tidak ada pertimbangan lain, para orangtua murid sudah paham, pokoknya permasalahan jangan sampai dilimpahkan ke kepala sekolah. Jika sampai demikian, efeknya bisa dikeluarkan dari sekolah," tambahnya.

"Yang jelas, menjadi Wakasek Bidang Kesiswaan, harus tahu betul apa yang diinginkan remaja. Yah, harus remaja lagi," tambah F.X Tumpal Sihotang SH., S.Pd. "Begitu juga yang nilainya turun, kita laporkan ke Bimbingan dan Penyuluhan. Untuk menanganinya, guru Bimbingan dan Penyuluhan (BP) akan memberikan motivasi pada anak ini. Kemungkinan juga, ada anak yang memiliki masalah keluarga. Nah, kalau sudah begitu keluarganya kami beritahu. Anak-anak seperti ini selalu diberi dorongan semangat," ujarnya lagi.

Mengubah Kerangka Berpikir
Mengubah kerangka berpikir dari pola lama ke pola baru memang tidak smeudah membalikkan telapak tangan. Seorang guru biasanya akan berpikir murid sebagai pusat perhatian yang perlu dibimbing dan diajar. Sebaliknya, murid harus patuh dan mengiyakan apa saja yang dijelaskan oleh guru. Pola lama semacam ini sudah tertanam sejak jaman dahulu hingga sekaang. Sehingga disaat KBK diluncurkan, di mana guru dan murid seiring sejalan, murid boleh memprotes jika penjelasan guru salah, banyak guru terutama yang berasal dari generasi lama (era kurikulum 1994), merasa dilangkahi, mereasa si murid sudah mulai kurang ajar, sok tahu dan tidak tahu sopan santun. Itulah yang terjadi di SMA I Xaverius Palembang.

"Dalam menjalankan Kurikulum Berbasis Kompetensi, yang menjadi kesulitan adalah, mengubah kerangka berpikir. Baik itu kerangka berpikir yang sudah terasumsi dalam masyarakat, guru-guru maupun orangtua, " Drs. Kasdi Haryanta Wakasek Kurikulum. "Guru-guru juga terjebak dalam kerangka berpikir yang lama. Mereka masih berpatokan pada orientasi kurikulum lama yang ternyata jauh berbeda dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Tapi kami usahakan setapak demi setapak mengubah kerangka berpikir, baik di kalangan guru-guru, dan siswa-siswi. Kami harap lewat pertemuan dengan orangtua, melalui BK, lewat Komite Sekolah, ada perubahan kerangka berpikir," tambah Drs. Kasdi Haryanta. "Kerangka berpikir yang dimaksud juga mencakup, peran siswa. Sebab dalam KBK, siswa sebagai subyek. Sedangkan yang sudah terbentuk selama ini, siswa memposisikan diri sebagai obyek. Begitu juga dengan para guru, mereka masih memperlakukan siswa sebagai obyek. Belum menyubyekkan siswa sebagai orang yang belajar. Untuk mengubah hal ini agak sulit. Tapi lewat lokakarya kami mencoba menanamkan bahwa kita sebagai seorang guru hanya sebagai fasilitator dan mungkin suatu ketika akan berubah menjadi seorang inspirator. Tidak lagi mengobyekkan siswa," katanya.

Masih berkaitan dengan KBK, di SMA Xaverius 1, menurut Kepsek Drs. Irenaeus Sukendro dan Wakasek Kurikulum Drs. Kasdi Haryanta, menerapkan KBK secara idealis harus setahap demi setahap. Sebab, kecenderungan orientasi kerangka berpikir masih berkiblat pada kurikulum berbasis materi.
"Tapi kami berharap, paling tidak lama-kelamaan sosialisasi KBK itu akan diterima oleh para siswa dan guru," harap Kepsek Drs. I. Sukendro.

Skill Dasar

Tiap murid memiliki daya tangakp yang berbeda terhadap tiap mata pelajaran yang diberikan oleh guru-guru mereka. Tingkat intelektual siswa juga tidak sama. Ada yang cepat menerima pelajaran, ada pula yang harus berulang-ulang diterangkan oleh guru. Hal seperti itu wajar, dan tiap mguru di SMA Xaverius I memiliki kiat-kiat khusus bila menemukan masalah seperti itu.
"Untuk pelajaran ekonomi, pada awalnya saya memperkenalkan skil-skil dasar, supaya siswa tahu kalau tuntutannya seperti ini. Termasuk dalam hal mencatat, sebab teknik mencatat itu berbeda-beda. Karena materi pelajaran saya susun sendiri, maka saya memberikan mereka fotokopian. Materi pelajaran bisa dari mana saja. Dari internet juga bisa, situsnya saya berikan pada mereka. Setelah itu dibawa ke kelas dan didiskusikan , kemudian dibaca, lalu dicari tokoh wacananya. Materi itu harus memiliki tema. Baru kemudian ditulis dan disajikan pada teman-temannya yang lain," tutur Herman Yosep Sunu Endaryanto, S.Pd, guru ekonomi SMA Xaverius 1.

"Kalau pelajaran fisika, KBK baru diberlakukan tahun ini, terutama untuk murid kelas satu, sebab pelajaran fisika untuk kelas satu banyak variasi. Pertamakali menerapkan KBK memang agak sulit. Jadi, jalan satu-satunya mendidik mereka dulu. Setelah mendidik baru mengajar. Untuk materi, saya mengambil contoh-contoh soal lewat internet, dan dari peralatan fisika. Setelah itu, baru dikaji apa yang akan dipelajari dari materi itu. Misalnya, teorinya begini, otomatis perhitungannya begini. Jadi, selain kami menggali dari teori, kami praktekkan, untuk apa sih sebenarnya teori ini? Media internet perannya besar sekali. Sayangnya, dalam KBK ini, materinya banyak, waktunya yang sedikit," jelas guru fisika Jeddy Suparman, ST.

"Karena banyaknya tugas, saya menghimbau Bapak dan Ibu Guru agar memberikan tugas secara proporsional dengan jam tatap muka. Kemudian, saya selalu mendatangi tiap kelas agar murid-murid bisa mengatur waktu. Umumnya, siswa yang berasal dari SMP Xaverius, sudah bisa mengatur waktu dengan baik. Jika mereka disiplin waktunya bagus, mereka tidak perlu takut dengan tugas-tugas sekolah yang lumayan banyak itu," tambah Kepsek SMA Xaverius Drs. I. Sukendro. "Karena beban pelajaran yang banyak,. Supaya siswa tidak stres, kegiatan-kegiatan yang butuh kreativitas juga perlu diberikan," katanya lagi.

Secara tidak langsung, dengan metode KBK, guru-guru menilai mereka lebih banyak mendidik daripada mengajar.

"Untuk pelajaran biologi, murid lebih banyak mencari bahan melalui media internet. Kami juga menekankan murid tidak hanya bisa menerima pelajaran saja, tapi juga mampu menganalisa. Dari hasil analisa, mereka juga harus bisa menyampaikan di muka kelas sehingga mata pelajaran biologi yang ada sekarang, bisa digunakan dalam kehidupan nyata. Jadi bukan hanya teori-teori saja. Murid bisa melihat, apa yang terjadi dalam tubuh manusia dan alam," ujar guru biologi, Dra. Lily Kohar.
"Untuk fisika, jika alatnya kebetulan ada di sekolah, langsung dieksperimenkan. Jika alatnya murah dan murid bisa membelinya, kami minta mereka untuk beli. Seperti sebuah proyek, nanti di akhir semester kami nilai. Masing-masing murid dipacu untuk membuat alat," tambah Jeddy Suparman ST.

Sedangkan pada mata pelajaran kimia materi bisa dipraktekkan di laboratorium, tujuannya agar anak bisa melihat sendiri. "Karena materinya banyak, seharusnya bisa dipraktekkan, tapi waktunya tidak cukup. Untuk materi yang tidak bisa dipraktekkan, biasanya kami beri tugas, kami beri waktu satu bulan sebelumnya,bahannya bisa diambil dari internet. Supaya murid-murid mengerti, kami memberikan contoh dalam kehidupan sehari-hari. Ternyata, para murid tertarik bila pelajaran kimia dihubungkan dengan kehidupan se hari-hari. Jadi, mereka tidak berpikir kalau pelajaran kimia itu hanya terdiri dari rumus-rumus saja. Jika kebetulan ada materi hafalan, saya ajari cara menghafal yang tidak membosankan. Setelah itu, menerapkannya ke rumus-rumus menjadi mudah. Karena bahan-bahan untuk praktek kimia tidak bisa dibeli dengan bebas, sekolahlah yang memberi fasilitas. Sejauh prakteknya tidak berbahaya, kami memperbolehkan siswa melakukan praktek sendiri," tukas guru kimia, Dra. M.Maria Estri Murwani.

Satu hal yang membuat para guru SMA Xaverius merasa perlu meninjau kembali kebijakan KBK, adalah materi yang diberlakukan pada sistem itu. Menurut mereka, materi pelajaran untuk SMA Sangat padat. Sehingga murid sering kewalahan dalam membagi waktu antara belajar, mengerjakan tugas dan mencari data.

"Satu sisi KBK baik sekali, murid dicoba untuk semakin menguasai pelajaran, jadi tidak hanya mengandalkan teori saja. Tapi di sisi lain, murid menjadi terlena, kalau tidak siap ulangan, mereka akan berpikir, tokh bakal ada remedial nantinya," papar guru biologi Lily Kohar.
"Kalau menggunakan kurikulum 1994 materi yang diberikan pada murid dua semester, dengan mengikuti KBK, diringkas menjadi satu semester. Singkronisasi dengan pelajaran matematika menjadi kurang mendukung. Jadi kami mengajar fisika dulu, nanti baru mengulang pelajaran matematika. Harusnya, kan dibalik, matematika dulu, tinggal fisika menerapkan konsepnya seperti apa. Jadi kami mengajarkan Calculus dulu, baru masuk ke fisika, " tambah Jeddy Suparman ST.

"Untuk kelas satu SMA, waktu buat mereka sangat kurang. Apakah mungkin dengan sistem KBK ini, mata pelajarannya dikurangi. Kita ada enam belas mata pelajaran, sedang di kelas-kelas internasional, hanya ada sembilan mata pelajaran. Kami berharap, sekolah swasta, terutama yang ada di daerah dilibatkan untuk mengikuti workshop atau pelatihan yang diadakan pemerintah pusat mengenai KBK ini. . Sehingga dengan begitu, sekolah swasta seperti kami ini bisa berkembang. Dan ilmu yang ada, langsung kami serap dari sumbernya, bukan melalui transfer," tambah Kepsek Drs. I. Sukendro dan guru biologi Lily Kohar.

Konsep Diri

Terlepas dari berbagai sitem yang diberlakukan dalam dunia pendidikan selama ini, menurut dua guru yang menangani bimbingan dan konseling,Yapelan Sitohang, B.A. dan Lucia Supri Handayani, S.Pd, dalam menghadapi KBK, BK menjadi amat penting Sebab dalam BK ada lima fungsi, yaitu : fungsi pemahaman yang artinya, agar siswa tahu dan paham potensinya dan hak kewajibannya, kemudian fungsi pencegahan yang intinya mencegah supaya jangan terjadi hal-hal yang merugikan siswa dan oranglain, lalu fungsi pengentasan yang merupakan fungsi agar siswa bisa mengatasi berbagai masalah yang dihadapinya, kemudian ada fungsi pengembangan, fungsi ini merupakan potensi untuk mengembangkan diri, dan wawasan menuju masa depan, ke lima fungsi advokasi, merupakan fungsi bagi guru untuk membela hak anak murid. Tentu setelah si murid usai melaksanakan kewajibannya sebagai pelajar.

"Semua fungsi ini ada yang berjalan lancar, ada juga yang tidak. Sebab, hasilnya tidak bisa kita lihat sesaat. Tidak seperti membakar lilin, seorang murid mengembangkan, memperbaiki, merancang masa depan, tidak bisa dilihat hasilnya saat ini. Namun di masa yang akan datang. Kadang kita tahu hasilnya setelah mereka tamat. Yang kami pikirkan mulai saat ini dan ke depannya, siswa harus memahami konsep diri, mendalam dan menyeluruh tentang dirinya. Potensi diri ada dua macam, positif atau negatif. Kurangi yang negatif kembangkan yang positif. Mulai dari sisi intelektual, sosialisasi, moral dan spiritualitasnya. Ini kami coba matangkan di kelas satu. Kemudian pengembangan dan aktualisasi diri harus betul-betul disadari oleh anak dan orangtua, sehingga mereka mau berkonsultasi, jangan dipanggil baru berkonsultasi. Jadi, si siswa sadar kalau satu persoalan perlu ada penyelesaiannya. Konsep diri ini yang sangat penting. Pemahaman diri, penilaian diri, penghargaan diri dan pengharapan akan dirinya, merupakan hal-hal yang harus dimengerti oleh siswa. Akan ke mana dia selanjutnya, itu yang harus ditanamkan pada mereka," ujar Yapelan Sitohang, B.A.

Komite Sekolah Membantu Meningkatkan Mutu
Pada intinya program kerja komite sekolah di SMA Xaverius I Palembang adalah mendampingi sekolah, dan membantu peningkatan mutu sekolah. Apa yang bisa dibantu, seiring dengan program sekolah, itulah yang menjadi prioritas komite.

"Yang mana menjadi porsi sekolah, dan porsi kami selaku komite sekolah, jelas. Pada porsi yang sudah ada itulah kami berperan. Kami juga memiliki manajemen sendiri yang didampingi oleh sekolah. Peran kami tidak menentukan kebijakan-kebijakan sekolah, seperti menentukan SPP, seragam sekolah atau buku-buku pelajaran. Kegiatan sekolah tetap dijalankan oleh sekolah. Kami hanya membantu mendampingi sekolah, tidak sampai ke policy yang ada di sekolah. Mungkin pada event-event tertentu kami membantu, tentru saja yang sifatnya lebih menjurus kekesejahteraan para guru," jelas Dr. Junus Widjaja SpF, ketua komite sekolah SMA Xaverius I Palembang.
"Selebihnya, untuk ke depan, komite bersama sekolah memberikan dasar-dasar apa yang harus dilakukan oleh mereka. Komite dan guru mencoba mencari solusi untuk memperbaiki nasib guru di kemudian hari. Mereka mencari dana abadi (semacam pensiun) untuk para guru, ini baru rencana, " tambah Drs. I. Sukendro.

"Memang, kami komite mempunyai manajemen tersendiri. Untuk masalah dana, kami terus menggali dari luar, terutama dari alumni, karena alumni Xaverius ini cukup besar. Kami prioritaskan untuk menghimpun dana secara sukarela dari mereka, tujuannya semua dana itu kita kembalikan untuk sekolah. Dana dana yang ada kita prioritaskan untuk SDM guru-guru itu sendiri. Begitu juga dengan program kerja, yang mana bisa kami dukung kami bantu, celah mana kami bisa masuk, di situ kami ambil bagian. Termasuk pembangunan fisik dan non fisik sekolah xaverius ini. Semuanya diberlakukan secara transparan," tambah Kris Darmawan, Wakil Ketua Komite sekolah.

"Jika dari siswa ada yang kurang mampu, kami bebaskan dari iuran-iuran. Tetapi, yang menjadi porsi sekolah, ya, dikerjakan sendiri. Kita melihat apa yang bisa kita lakukan. Kedepannya, hubungan dengan orangtua murid terus-terus kita perbaiki," tambah Dr. Junus Widjaja SpF.
"Mungkin posisi sekolah dengan komite bukan posisi rivalitas, tapi lebih pada faktor partnership. Saling melengkapi. Dengan adanya komite, kami selaku pengelola sekolah merasa tidak sendiri. Komite sejajar dengan kami. Kami memiliki tempat mengadu. Komite juga begitu, menganggap kami sebagai teman. Program-programnya bisa dibagi dan sepenanggungan. Ketika kami berseberangan dengan yayasan, komite berperan sebagai arbitrans, sehingga yayasan juga bisa memahami bahwa ini bukan kehendak semata dari kepala sekolah dan staf, tapi kehendak dari komunitas sekolah." imbuh Drs. I. Sukendro.
"Dengan adanya komite, buat kami sangat positif. Karena kami mewakili orang-orangtua murid," tambah Dr.Junus Widjaja SpF.

Ketua OSIS Harus Masuk Sepuluh Besar
Menjadi ketua OSIS di SMA Xaverius I harus masuk dalam ranking sepuluh besar. Itu adalah syarat yang tak bisa ditawar-tawar lagi. Banyaknya kegiatan, ditambah dengan jadwal belajar dan tugas-tugas sekolah yang menumpuk, tentu bukan pekerjaan mudah yang bisa digarap dalam satu hari. Pastinya, agar semua pelajaran bisa diserap dengan baik, seorang ketua OSIS haruslah berotak encer, smart. Itulah mengapa syarat untuk menjadi seorang ketua OSIS di SMA Xaverius I, di kandidat harus berada dalam posisi sepuluh besar di sekolah.

"Perekrutan untuk pengurus OSIS melalui bebeberapa tahap. Tahap pertama, dibuat pengumuman, siapa-siapa yang mau menjadi pengurus OSIS. Syaratnya, harus masuk ranking sepuluh besar. Lalu dibagikan formulir. Kemudian mereka dikumpulkan dalam satu ruangan untuk mengikuti test. Sesudah test, yang lulus diwawancara oleh Pembina Osis, terdiri dari guru-guru. Bagi yang yang lulus test akan mengikuti badan Musyawarah Pelajar (BMP), setelah itu, mereka mengadakan pemilihan umum. Nanti akan dipilih pengurus harian dan seksi-seksi. Sebelum melaksanakan tugas akan dipilih siapa ketua, wakil ketua dan sekretaris. Mereka yang terpilih akan mengikuti latihan kepemimpinan, manajemen sekolah, Ketahanan Mental, dan Nasionalis. Mereka ini nantinya akan menyusun program kerja dalam satu tahun. Program yang memerlukan biaya, dilaporkan ke kesiswaan, bila ada dana dilanjutkan, bila tidak ditunda dulu, " jelas Wakasek Kesiswaan F.X. Tumpal Sihotang, SH., S.Pd.

"Untuk tahun ini kami sudah mengadakan kegiatan Class Meeting, perayaan hari-hari besar seperti Upacara Peringatan Kemerdekaan Tujuh Belas Agustus, dan festival band, baik antar kelas maupun umum. Kami juga mencari dana sosial untuk disumbangkan ke panti-panti asuhan. Selain itu, anggaran yang kami butuhkan bisa kami peroleh dari sekolah. Kami juga membuat proposal untuk donatur, misalnya komite sekolah. Dalam melaksanakan semua kegiatan Osis ini, kendala suka ada, biasanya masalah waktu. Ada yang nggak bisa membagi waktu belajar sekolah dengan program-program yang akan kami jalankan. Selain itu, kami sedih kalau ingin mengadakan acara, proposal ditolak dan nggak ada sponsor. Kalau sudah begitu, programnya nggak jalan. Osis juga mengadakan aksi donor darah secara spontanitas dan bantuan untuk pondok-pondok pesantren, " timpal Selvia, ketua OSIS SMA Xaverius I Palembang.

Para Pemenang Olimpiade Sains
Mereka adalah para para pemenang Olimpiade Sains Nasional (OSN) yang baru-baru ini diadakan di Jakarta. Bagaimana persiapan sebelum ikut OSN dan apa saja yang mereka rasakan selama ikut lomba, simak penuturan mereka.

Setiawan Masuki (Peraih Perak untuk Astronomi )
"Saingan terberat dari Jakarta. Untuk ikut OSN di Jakarta awalnya saya latihan soal-soal fisika secara intensif. Karena ada tawaran untuk ikut lomba astronomi, saya beralih ke ilmu itu. Latihan mempelajari ilmu astronomi pun dikebut lagi. Saya mencari buku tentang astronomi di perpustakaan dan internet. Saya juga membahas soal-soal dengan teman-teman. Setelah itu, aplikasinya ke soal-soal fisika. Saat lomba, yang terberat saya rasakan adalah saat praktikum. Soalnya, di Palembang nggak ada observatorium. Kalau di Jakarta ada Planetarium dan di Bandung ada Boscha. Jadi, saat berhadapan dengan alat-alat itu saya bingung, " tutur Setiawan sewaktu mengikuti lomba di OSN Jakarta.

Siswa yang berpenampilan sederhana ini, menggemari astronomi karena sejak kecil senang membaca. Jika malam hari ia senang memandang bintang di langit. Selain senang, ia juga penasaran dan bertanya dalam hati, kok langit bisa seperti itu, ya?

"Ikut olimpiade pengalaman baru bagi saya. Saya penasaran melihat banyaknya bintang-bintang di langit. Seru juga menyaksikan begitu dahsyatnya keajaiban alam. Itu membuat saya untuk terus belajar dan belajar. Senang dengan astronomi karena berawal dari hobi membaca. Saat lomba, yang saya rasakan agak susah terletak pada aplikasinya saja. Itu karena saya baru pertamakali melihat teleskop. Karena di Palembang nggak ada observatorium, saya melihat bintang-bintang dengan mata telanjang, paling pedomannya memakai peta di langit saja, " tutur cowok yang bercita-cita terjun di bidang bisnis ini.

Ade Hartawan Johan (Peraih Perunggu untuk Fisika )
"Pengalaman selama mengikuti OSN , bisa berjuang bersama teman-teman untuk meraih yang terbaik. Yang menyenangkan adalah kebersamaannya, sebab bisa bertemu teman-teman dari daerah lain dari seluruh Indonesia," kesannya.
Menurut cowok berpenampilan kalem ini, saingan terberat datang dari Jakarta. Terutama dari SMA K I Penabur. Awalnya, ia merasa sudah siap. Jadi saat mengikuti lomba merasa santai saja.
"Tetapi setelah selesai mengerjakan soal, saya mulai gugup mempertanyakan dalam hati, bagaimana hasilnya nanti. Di samping itu, penilaiannya juga fair. Selain pengalaman yang menyenangkan, saya bisa memperoleh soal dan teman-teman yang baru," ujar cowok yang bercita-cita bisa merakit robot ini santai.

Ricky Nilam (Peraih Medali Perak untuk Kimia)
Buat cowok yang minim kata-kata, OSN kali ini baru pertama kali diikutinya. Ia merasa beruntung bisa meraih medali perak. Padahal, sebelum ikut lomba, Ricky merasa gugup dan tidak berpikir bisa ikut olimpiade. Dan menurutnya, persiapan untuk ikut olimpiade juga kurang matang. Meski gugup, akhirnya ia berhasil menyabet eksperimen terbaik untuk ilmu kimia di OSN Jakarta.

"Bisa memperoleh predikat eksperimen terbaik nggak nyangka. Sebab, saat praktikum saya merasa belum selesai dan waktunya kurang. Persiapan pun hanya dua minggu, saya juga merasa buku-buku untuk pelajaran kimia masih kurang. Di OSN yang terasa berat adalah soal teori. Tapi soal praktek nggak terlalu sulit, " kata cowok yang lugu dan irit kata-kata ini. "Meski irit kata-kata, saat Ricky mendengar berita masuk seleksi untuk ikut OSN di Jakarta, dia menangis. Ia tak menduga bakal bisa ikut OSN. Sewaktu dipanggil, memperoleh medali untuk eksperimen terbaik, gurunyalah yang menangis. Sebab kami tidak pernah menduga dia akan memperoleh medali perak," tutur Dra. Lucia Chia, guru fisikanya.

 Ketiga siswa yang berhasil membawa medali perak dan perunggu ini, berharap, di ajang olimpiade sains nantinya, soal-soal yang diberikan lebih dipersulit lagi. Masalahnya, soal-soal yang semula diperkirakan sulit, ternyata setelah keluar tidak sesulit itu. Jumlah peserta juga diperbanyak. Karena soalnya cukup mudah, mereka jadi ragu dan berpikir, orang lain pasti juga mudah mengerjakannya. Jadi tidak ada istimewanya. Suasana persaingan terasa kurang.

Sumber: Profil Sekolah, Direktorat Pembinaan SMA, Departemen Pendidikan Nasional, 2006